Senin, 28 Februari 2011

Pertemuan Setelah Perpisahan


            Setelah sebuah pertemuan terjadi, dan harus diakhiri oleh perpisahan, lalu apa yang akan kita lakukan?  Berpura-pura kalau segalanya tidak pernah terjadi?!
Itu mungkin pilihan yang paling rasional untuk kita. Setelah ini, pertemuan takkan pernah bisa kita hindari. Aku dan kamu pasti bertemu, bertemu disaat keadaan tlah berbeda. Akan ada sapaan dan senyuman yang keluar dari bibir kita masing-masing. Tapi apakah kau tau, senyuman itu hanya tipu muslihat ku, untuk menyembunyikan lara dalam jiwa.  Sedangkan bagimu, akh aku tak tau. Dan aku tidak akan pernah tau. Mengetahui pikiranmu merupakan hal tersulit bagiku. Dan rasa ingin tau ku pun sudah lenyap, aku sudah tidak ingin tau apapun tentangmu!!

            Kau tau apa yang sedang tekun ku lakukan akhir-akhir ini?? Mencari tau, mencari tau mengapa aku bisa begitu jatuh pada cinta ini. Dan aku tau, aku mengerti. Semakin sulit, semakin terasa tidak mungkin, maka cinta akan semakin dalam. Menancapkan akar-akar nya semakin jauh ke dasar bumi. Seperti hal nya makluk hidup yang slalu berusaha mempertahan diri. Begitu pula cinta, ia tidak akan pernah rela tercabut dari jiwa yang memuja.

            Lalu bagaimana cinta ini bisa binasa?? Cinta itu butuh dirawat sayang, dan dia butuh tangan-tangan kokohmu untuk melakukan itu. Namun kau terlalu sibuk pada duniamu, pada pikiranmu yang meragu. Lalu apa yang kuharapkan??  Apa kah harus aku bertahan melawan musin kemarau sendiri tanpa mu??
Aku pergi, aku memilih pergi darimu bukan karna keinginan ku. Tapi karna keraguanmu. Sedangkan aku, aku disini berdiri dengan keberanian penuh untuk mencintaimu.

            Namun sekarang, sudah hilang hasrat ku untuk mencinta. Kita punya jalan masing-masing. Kini saat nya mengatakan selamat tinggal pada kenangan. Ku tau ini tidak mudah sayang, tapi kau tidak akan pernah tau betapa tegarnya aku. Mungkin aku akan menangis saat mengatakan selamat tinggal, tapi aku akan segera menyeka air mata begitu berbalik arah untuk melangkah. Dan seharusnya kau lihat, ada senyum yang sungguh iklas di bibirku. 




Jumat, 25 Februari 2011

Sapaan Pagi


            Selamat pagi mentari…
            Pagi yang indah. Tapi aku masih terbangun dengan kekhawatiran yang sama. Kekhawatiran yang berlebihan mungkin. Tentang hasrat, impian, keinginan dan ambisi.
Setiap hari , seperti pagi ini, aku slalu berusaha menapakkan kaki jangkungku untuk melangkah setahap kedepan dari hari kemarin. Ku tau tidak ada yang percuma dari sebuah usaha. Dan impian, dia yang akan membawamu sampai ke tujuan.

            Akhh...
            Harusnya aku lebih santai dengan pikiranku, dengan diriku. Menerima diri seutuhnya lengkap dengan segala embel-embel kekurangan adalah langkah pertama. Langkah pertama agar kau yakin dirimu berharga, dirimu unik, dirimu istimewa. Lalu, setelah itu orang lain akan melihat jelas betapa istimewanya dirimu.

            Dan aku sudah punya orang-orang yang mampu melihat keistmewaan itu. Mereka, keluarga dan sahabatku. Orang-orang yang yakin bahwa aku mampu, meski seluruh semesta memendang remeh ke arah ku. Aku mencintai mereka, sungguh. Sungguh sangat cinta. Terima kasih untuk ada di hidupku. Terima kasih untuk slalu ada disisiku..

            Dan esok, ketika matahari lebih cerah dari pagi ini. Ketika musim semi telah datang, dan bunga-bunga tlah bermekaran mempetotonkan keindahaannya. Disaat rasanya aku mampu menggenggam dunia, aku akan membawa serta kalian dalam indahnya pagi. Berjalan menikmati fajar, sambil saling menggenggam, saling merangkul. Dan ku tau, saat itu senyum kita takkan lepas dari wajah . .

Lepaskanlah

            Kau tetap tidak mau menyerah, meski kau tau pintu hatiku ini tidak akan pernah terbuka untukmu. Aku terluka , tak kuasa melihatmu terus berharap. Pintu itu terlalu kokoh untuk kau dobrak. Dalam keputusasaan, kau buang segala ego mu. Dan kau tanyakan pada ku, “Apa yang harus ku lakukan untuk mendapatkan kunci hatimu?”

            Seketika aku terperanjat, pikiranku melayang. Kunci yang mana yang harus ku berikan padamu. Satu-satu nya kunci tlah aku berikan pada orang lain, orang yang kemudian membuang kunci itu ke dasar laut. Bahkan aku tidak tau ,dimana kunci itu berada saat ini. Lalu kunci apa yang harus kuberikan padamu?

            Jangan terus berharap padaku Wahai Pecinta. Aku tidak ingin kau semakin memuja, dan akhirnya kau semakin menderita. Lepaskan cintamu dari belenggu diriku. Aku ingin kau bahagia. Tapi maafkan aku, kebahagiaan itu tidak akan pernah kau dapatkan dariku. Di sana, di ujung jalan ini. Ada seseorang yang menantimu dengan cinta yang luar biasa hebat. Namun kau harus melepaskan aku, agar ia bisa menggenggam hatimu..
Berbahagialah, meski bukan bersamaku...

Kamis, 24 Februari 2011

Pada Siapa?!

Hei,
Malam ini jari-jariku kembali terasa gatal. Dia ingin menari-nari diatas keyboard laptopku yang mulai usang. Ada sesuatu, disini, dikepalaku . Sesuatu yang menggeliat memaksa keluar. Akh, kenapa kau tidak bisa tenang ,hah??!

Baiklah,akan ku bantu kau. Sebenarnya apa yang hendak kau ceritakan pada malam?? Halooo, aku menunggu. Disaat aku tlah siap kenapa kau yang malah diam membisu?? 
Akh, mungkin kau malu, mungkin kau belum siap. Tapi aku terlanjur ingin mendengar, kumohon ceritakanlah..

Tapi sepertinya kau tetap tidak ingin cerita. Kenapa??  Apa kau takut??  Takut pada apa??
Oh, aku tau. Kau takut pada cibiran orang-orang tentangmu bukan?? 
Berhentilah menunduk, karna aku tidak bisa melihat wajah aslimu. Apa yang kau sembunyikan dariku?? Apa air mata??
Oh Tuhan…  Ku mohon jangan menangis. Akh, tiba-tiba satu bagian dari diriku terasa sakit. Apa yang terjadi pada kalian?? Apakah ada yang melukai kalian?? Kenapa aku tidak tau?? 
Atau aku hanya berpura-pura tidak tau??

Tapi.. Setahuku bibirku slalu tersenyum, slalu tertawa, bukankah itu tanda bahagia?? Setahuku begitu! 
Dan mataku, slalu bersinar, tak ada air bening yang kluar dari dalam nya. Bukan kah itu tanda ketentraman?? Setahuku begitu!

Tapi.. tapi kenapa kalian?? Kalian tidak kompak dengan mata juga bibirku. Apa yang kalian rencanakan?? Apakah kalian ingin melihatku bingung??
Akh, kalian jahat. Lalu aku harus percaya pada sapa?? Mata dan bibirku?? 
Ato kalian, fikiran dan hatiku??! 
Tapi entah kenapa, pilihan kedua lebih terasa nyata untukku…