Dua puluh . .
Apa yang kamu pikirkan tentang dua puluh?
Menurut orang-orang bijak, angka nol pada angka kedua di usia seseorang menandakan orang tersebut tengah memasuki fase baru dalam kehidupannya. Ku rasa juga begitu, dua puluh, FASE DEWASA. Benarkah??
Sebenarnya fase dewasa mungkin sudah kulewati beberapa tahun lalu. Kamu tau kan, pada umumnya pola pikir seorang wanita lebih cepat dewasa dibanding seorang pria. Jadi aku yakin aku sudah melewati fase tersebut, terlebih satu tahun terakhir. Banyak hal yang memamaksa pola pikir ku tumbuh lebih cepat. Dan itu tidak akan ku bagi disini, risih rasanya.hehe :)
Aku agak khawatir dengan angka dua puluh. Mungkin karna semua orang akan menganggapmu seorang yang dewasa pada angka ini, bukan teenager lagi. Dan tidak akan ada lagi pembelaan, ”Akh,namanya juga masih remaja, jadi agak labil.”. Pasti aku akan merindukan kata-kata itu. Hehe . .
Aku harus benar-benar bertanggung jawab untuk segala tindakan. Dan tentang cita-cita serta impian, itu semakin terlihat jelas. Aku tau apa yang aku tuju. Tapi perjuangan untuk menggapai itu tidak akan mudah. Aku harus berjuang keras. Aku mungkin akan jatuh, menangis, terluka dan berdarah. Tapi setiap kali mengingat senyuman Ayah dan Bunda, ku tau rasa sakit itu akan hilang. Aku ingin Ayah dan Bunda tersenyum bangga padaku.
Benar-benar takut memasuki usia ini, ntah kenapa. Rasanya tahun lalu tidak begini. Aku begitu santai dan ikhlas dengan segala nikmat yang diberikan Tuhan padaku. Aku begitu berprasangka baik dengan-Nya, dan hasilnya. Dia mengabulkan beberapa keinginan dalam hidupku. Membawaku pada kondisi-kondisi yang tak terduga. Membuatku tertawa dan menangis. Lebih tepatnya benar-benar TERTAWA dan benar-benar MENANGIS. Mengisi jiwaku dengan pengalaman-pengalaman baru, Dia benar-benar tau aku suka itu. Suatu pengalaman, petualangan.
Aku benci rutinitas yang monoton. Aku butuh sedikit kejutan disana-sini. Tapi belakangan kejutan-kejutan itu hilang. Aku mulai meringis karna jenuh.
Tuhan...
Untuk ulang tahun ku kali ini, bisa kah kau memberikan ku hadiah lagi. Pengalaman baru lagi, petualangan baru lagi. Akh, kau tau aku benar-benar mencintai itu kan??
Aku bosan, maafkan aku berkata demikian. Aku benar-benar hambamu yang tak pandai untuk bersyukur. Tapi kau tau aku kan, anakmu ini memang sedikit liar. Aku ini bukan seseorang yang hobi membaca buku-buku teori. Aku lebih suka mengamati, bercengkrama dan terlibat langsung pada sebuah kondisi. Dan disitulah aku akan belajar, belajar untuk semakin dewasa. Dan mengambil setiap butir pengalaman berharga untuk meraih cita.
Dan aku, aku hanya mampu berusaha. Aku butuh keajaiban tangan-tanganmu untuk mempermudah segalanya. Tuntun aku Tuhan, giring aku menuju hari dimana Ayah dan Bunda dengan bangga mengatakan, ”Ini anakku !! ”.
Hari itu, mereka tidakkan rela melepaskan rangkulannya dari pundakku. Dan di bibir mereka, ada senyum yang selama ini ku tuju.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar